karya ilmiah

00.39 Edit This 0 Comments »

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah lingkungan hidup sudah lama ada di dunia ini. Namun belum sebeberapa gawat bagi kehidupan manusia yang ada dimuka bumi. Masalah lingkungan hidup lambat laun semakin sering muncul kepermukaan dalam intensitas yang semakin mengganggu. Oleh Perserikatan Bangsa bangsa merasa perlu menyelenggarakan sidang tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, pada tanggal 5 juni 1972 yang lalu. Sejak ini lingkungan hidup diterima sebagai masalah nasional dan internasional oleh Negara-negara dunia dan termasuk Negara Indonesia.

Sejalan dengan hasil sidang tersebut di atas mulai tahun 1978 masalah lingkungan hidup ditanggapi secara khusus di Repelita III dan merupakan bagian integral dari kebijaksanaan nasional di Indonesia. Negara Indonesia dewasa ini ingin membangun manusia yang masyarakatnya dengan mengindah pengembangan dan pelastarian lingkungan hidup. Sungguhpun ini sudah merupakan garis kebijaksanaan Pemerintah Indonesia, namun penerapannya dalam kenyataan memerlukan pengertian dan juga pengahayatan segi-segi lingkungan hidup.

Dengan demikian pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia tidak hanya semakin cepat melakukan adaptasi terhadapat berbagai faktor lingkungan tersebut, tetapi masalah telah dapat memanipulasi sebagai faktor lingkungan sedemikian rupa, sehingga dapat mengantungkan dan sekaligus dimanfaatkan.

Terdapatnya hubungan faktor lingkungan dengan lingkungan hidup manusia bukan merupakan hal yang baru. Menurut Perkins tahun 1978 menyebutkan bahwa yang dikatakan sehat atau tidaknya seseorang amat tergantung dari kemampuan penyesuaian secara dinamis terhadap berbagai tenaga tau kekuatan (lazimnya bersumber dari pada lingkungan) yang berusaha mengganggunya 1 )

1

Sejalan dengan pandapat perkins di atas, maka berkembanlah teori tentang timbulnya penyakit yaitu sehat atau tidaknya seseorang tergantung dari ada atau tidaknya proses dinamis hubungan timbal balik antara : lingkungan, pejemu dan bibit penyakit. Dari ketiga masalah ini, maka lingkungan merupakan faktor utama yang menentukan faktor sehat atau tidaknya seseorang.

Dengan kemajuan ilmu dan teknologi terutama di kota besar, rumah merupakan kebutuhan primer kedua sesudah pangan. Untuk setiap masyarakat yang mempunyai kesanggupan memiliki rumah, kiranya perlu memperhatikan keadaan lingkungan dirumah tersebut berada. Karena rumah yang kita tempati merupakan salah satu faktor menuju kehidupan yang sejahtera dan tidak kalah penting merupakan program Pemerintah Indonesia yang dekenal dengan dengan perumnas atau sejenisnya.

Berbicara tentang pengertian kesehatan yang berlatar belakang dari masalah rumah, banyak difinisi telah dikenal, hal yang tergantung dari sudut pandangan serta titik tolak yang membahasnya. Dari beberpa definisi mengandung variasi yang berbeda, seperti yang diajukan oleh Walter R.Lyne yaitu kesehatan ialah hubungan timabal balik antara manusia dengan lingkungan, yang berakibatkan atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rasyid, Aliamran.

Ilmu Fisika merupakan salah satu faktor penting dalam masalah lingkungan seperti yang dikemukakan A.L Slamet Riyadi bahwa “tempat pemungkiman dengan segala keadaan dan kondisinya lamgsung atau tidaknya dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan atau kesehatan manusia. Ryadi, ALS (1976).

Dalam kehidupan sehari-hari rumah merupakan salah satu faktor penentu keadaan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia. Berdasar penganan ini, maka disusunlah daftar yang dapat disebut ruang lingkup perhatian peranan suhu dalam menetapkan rumah sehat ditinjau dari sudut ilmu fisika, jika diteliti dengan seksama ternyata ada faktor utama yang perlu dipecahkan yaitu : Sampai dimana pengaturan suhu di dalam rumah sehigga penghuninya (manusia) tidak terganggu kesehatannya.

2.2. Tujuan penulisan

I.2.1. Dari segi disiplin ilmu, bahwa dengan menulis karya ilmiah ini adalah untuk mendalami bidang yang ditulis untuk mencapai suatu wawasan ilmu yang semakin luas.

I.2.2. Dari segi Tri Dharma Perguruan Tinggi, bahwa menulis karya ilmiah merupakan tututan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dikategorikan pada kelompok B yaitu bidang penelitian.

I.2.3. Dari segi kempetensi, penulisan karya ilmiah bertujuan uintuk menambah pengalaman dan kemampuan menulis, sehingga kompetensi bidang penelitian bertambah baik.

1.3. Metode Penulisan

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan dua metoda Study kepustakaan dan collecting metoda, dengan mengguanakan kedua metoda ini akan diharapkan menjaring data-data yang akurat sesuai dengan judul penulisan.

Adapun metoda yang digunakan diatas dapat diuaraikan sebagai berikut :

Metode study kepustakaan dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang isinya berkaitan erat atau berhubungan dengan data yang diharapkan, akhir menunjang uraian teori.

Collecting metoda dilakukan dengan membaca dan mempelajari bulletin, brosur cetakan, dan lembaran lainya. Setelah dipelajari diambil daya yang dapat melangkapi data-data yang tidak terdapat pada metoda study kepustakaan.

II. PEMBAHASAN

2.1. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Keadaan Rumah

Dalam pengertian yang amat sederhana serta dalam waktu yang terbatas, ternyata setiap manusia yang ada di permukaan bumi ini membutuhkan tempat tinggal. Adapun corak dan bentuk tempat tinggal adalah sama antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Namun demikian, betapapun indah dan bervariasinya bentuk rumah yang dibentuk serta berkecukapan, kesemuanya haruslah memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga parapenghuninya yang dalam hal ini adalah manusia tidak sampai menderita suatu penyakit.

Untuk itu ada beberapa faktor yang umumnya mempengaruhi keadaan rumah yaitu :

  1. Faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, baik lingkungan fisik, biologis, ataupun sosial. Bila kita lihat suatu daerah dengan lingkungan fisik berupa pegunungan, tentu saja berbeda dengan daerah pantai dari segi bentuk rumahnya, demikian pula rumah di daerah beriklim panas, akan berbeda dengan rumah di daerah beriklim dingin. Kalau ditinjau dari segi biologinya, masyarakat yang tinggal di daerah yang banyak hewan buas tentu saja mempunyai bentuk rumahnya yang lebih terlindung, dibandingkan dengan rumah dimana tidak ada binatang buasnya. Demikian pula di lingkungan sosial seperti : adat istiadat, kepercayaan akan memberikan pengaruh bentuk rumah yang didirikan.
  2. Tingkat perekonomian masyarakat, ini ditandai pada pendapatan yang dipunyai, tersedianya bahan-bahan untuk mendirikan rumah tersebut. Jelaslah bahwa suatu masyarakat lebih makmur bila rumahnya relatif lebih baik serta indah dibandingkan dengan masyarakat miskin.
  3. 4

    Kemajuan teknologi yang dimiliki, terutama teknologi pembangunan. Bila kita perhatikan ternyata mesyarakat yang telah maju teknologinya, akan mampu membangun rumah yang lebih komplek dibandingkan dengan masyarakat sederhana.
  4. Kebijakan pemerintah tentang penggunaan tanah dalam rangka mendirikan rumah, ini sangat penting agar pembangun rumah teratur dan memenuhi kesehatan.

Keempat faktor tersebut di atas terutama dalam hubungannya untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk perlu disusun suatu usaha pemecahan dengan sempurna, baik secara perorangan maupun kelompok.

2.2. Kreteria Rumah Bagi Manusia.

Rumah bagi manusia mempunyai kreteria yang sangat penting antara lain :

  1. Rumah adalah sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah melepaskan kewajiban sehari-hari.
  2. Rumah adalah sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.
  3. Rumah adalah sebagai tempat untuk melindungi diri dari kemungkinan bahaya yang datang mengancam.
  4. Rumah adalah sebagai lambang status sosial yang dimiliki.
  5. Rumah adalah sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang, baik barang yang berharga maupun barang lainnya yang pada suatu saat dapat menutup. Soemarnowoto (1983).

Dari kreteria rumah bagi manusia yang disebut di atas, maka dalam pembahasan dititik beratkan pada kreteria pertama, kedua dan ketiga. Untuk itu diharapkan rumah yang dibangun sedemikian rupa hendanya dapat memenuhi ketiga kreteria rumah yang disebutkan di atas.

2.3. Syarat Rumah Sehat

Seperti yang dirasakan sekarang, bahwa rumah yang dibangun bukanlah sekedar tempat pelepasan lelah, beristirahat, bergaul dengan keluarga dan tempat melindungi diri dari bahaya yang datang, namun jauh dari itu harus pula memenuhi syarat. Syarat itupun tidak lain yaitu memenuhi rumah sehat ini, maka oleh The American Public health Association merumuskan syarat-syarat yang dianggap pokok agar terjaminnya kesehatan antara lain :

  1. Rumah hendaknya dibangun agar memenuhi kebutuhan fisik manusia yang meliputi :

- Suhu lingkungan dipelihara atau dipertahankan, dengan demikian panas badan manusia yang berlebihan dapat diatasi.

- Penerangannya harus dapat diatur sedimikian rupa, sehingga tidak menimbulkan rasa silau.

- Ventelasinya haruslah sempurna, dengan demikian aliran udara segar dapat terpelihara.

- Terhindarnya dari gangguan bising yang berlebihan. Seojani, Mohamad (1979).

  1. Rumah harus dibangun agar dapat terpenuhi kebutuhan kewajiban dasar manusia. Kebutuhan ini sangat relatif sekali, namun semuanya harus terjamin privacy dari manusia penghuninya, dengan demikian terjamin kelangsungan hubungan yang serasi antara anggota keluarga yang tinggal bersama.
  2. Rumah hendaknya harus dibangun agar dapat melindungi manusia dari kemmungkinan penularan penyakit ataupun yang berhubungan dengan zat-zat yang berbahaya. Agar tercapai tujuan ini, maka perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut :

- Sistim pengadaan air harus baik.

- Baiknya fasilitas untuk mandi.

- Sistim pembungan air bekas memenuhi syarat

- Adanya fasilitas pembuangan tinja.

- Ruangan yang berukuran 1,2 meter persegi hanya boleh diisi satu orang keluarga.

- Adanya jendela atau masuknya cahaya serta udara.

- Kekuatan bangunannya

Dari sekian banyak syarat yang dikemukakan, tentunya tidak mutlak semuanya harus diikuti, hal sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sendiri. Azwar, Azrul (1979).

2. 4. Keadaan suhu dalam rumah

Bila kita lihat bangunan rumah yang sehat tentu harus mempunyai keadaan suhu yang dapat diatur secara baik sehingga suhu badan kita dapat dipertahankan. Kalau kita lihat bahwa dalam ruangan hendaknya diciptakan sedemikian rupa, sehigga tubuh kita bila berada didalamnya tidak terlalu banyak kehilangan panas. Sebaliknya andaikata tubuh kita terlalu banyak kehilangan panas, otomatis kita akan memperoleh bermacam-macam kelainan antara lain : penyakit chilbains, trench foot, dan frostbite, kesemuanya penyakit diatas diderita para pekerja dalam ruangan yang terlalu dingin. Sebalinya bila udara terlalu panas juga akan menimbulkan berbagai penyakit seperti heat exhaustion dan heat stroke yang dialami seseorang berda dalam gedung dengan keadaan suhu yang sangat tinggi.

Bila diteliti maka panas yang hilang dari tubuh manusia, secara garis besar dapat dibagi atas 4 kategori yaitu :

  1. Dengan adanya radiasi yaitu perpindahan panas dari tubuh karena udara sekeliling lebih rendah suhunya dari suhu tubuh kita, sedangkan udara sekitar kita tidak berubah.
  2. Adaya peristiwa konduksi yaitu hilangnya panas tubuh kita disebabkan udara disekitarnya lebih endah darisuhu tubuh kita.
  3. Akibat adanya konveksi yaitu hilangnya panas tubuh kita karena terjadinya suatu aliran udara yang lebih dingin dari sekitarnya.
  4. Dengan adanya evoporasi yaitu hilangnya panas tubuh karena udara yang ada di sekitar mempunyai keadaan kelembaban yang rendah.

Keempat kategori yang disebut di atas sangat mempengaruhi keadaan tubuh kita, apalagi kondisi tubuh tidak sehat. Dengan demikian, keadaan tubuh yang mudah dipengaruhi itu, hendaknya keadaan suhu dalam ruangan dapat diatur, sehingga tubuh kita tidak mudah dipengaruhinya. Dalam hal ini prinsip utama yang perlu kita usahakan adalah bagaimana seharusnya udara yang sedemikian dapat didinginkan, bila udara disekitarnya terlalu panas, atau megembalikan suhu tersebut lebih tinggi andaikata suhu dalam ruangan rendah. Yang perlu kita perhatikan dalam menetapkan rumah sehat adalah agar kesehatan tubuh kita serasi dalam menempuh kehidupan, disamping itu juga dapat mewarnai ruangan dimana kita berada adalah kelembaban serta aliran dari udara yang terjadi. Sungguhpun udara yang berada dalam ruangancukup sejuk, namun kelembaban atau lairan dari udara tidak serasi, tentu udara yang kita rasakan dingin semula tidak akan nyaman atau dengan arti kata tidak sehat, begitu sebaliknya.

Bila kita perhatikan bahwa hubungan antara suhu, kelembaban serta aliran udara diatas, maka perlu ditetapkan suatu pemikiran baru yang efektif, yaitu suhu dengan kelembaban tertentu serta lairan udara dengan kecepatan tertentu pula, yang kesemuanya ini dapat menjamin bila kita berkerja di dalamnya. Dengan demikian seseorangakan merasa nyaman bila udara didalam ruang tadi tidak kering atau tidak terlalu basah serta aliran udara berjalan lancar, akibatnya tubuh kita tidak terganggu.

Kalau kita perhatikan pengertian tadi, kiranya kita dapat memahami bahawa suhu yang efektif tentunya berbeda pula antara ruangan yang satu dengan ruangan yang lain, begitu dengan daerah lainya. Kesemuanya itu tentu saja harus bergantung dengan kelembaban serta adanya aliran udara dalam ruangan atau di daerah. Sebagai dasar-dasar untuk meghitung suhu efektif ini dipakai keadaan suhu dimana kelembaban relatif yang sesuai dengan kita yaitu 60% dengan arti kata kelembaban udara tidak basahatau tidak lembab. Untuk itu dapat kita hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana p = Tekanan persial uap air dalam udara

M­­t = Tekanan uap jenuhdalam air pada suhu udara

E = kelembaban nisbi (kelembaban relatif)

Kelembaban yang kita rasakan dalam kehidupan bila normal tentunya dapat dilihat pada suatu alat untuk mengukur kelembaban relatif hygrometer.

Perasaan lembab atgau keringnya udara sehari-hari bukanlah disebabkan oleh tekanan persial saja, antara lain udara dengan uap air yang tekanan persial 15 mm Hg akan terasa lebih lembab bila suhunya 20o C dari pada suhunya 30oC.

Bila disekitarnya kita udara mengandung uap air yang mempunyai tekanan Persial yang jauh berbeda dari tekanan uap jenuh air pada suhu udara waktu itu, maka keringat kita mudah sekali menguap, dengan demikian kita merasa bahwa sekitar kita terdapat udara kering. Sear, Zemansky (1968).

Disamping kelembaban relatif, maka aliran udara perlu diperhitungkan. Aliran udara yang normal terletak antara 37,5 cm/menit sampai 62,5 cm/menit. Tersedianya udara yang sehat bagi tubuh manusia dalam rumah atau dalam ruangan tertentulah amat dibutuhkan, untuk diharapkan ruangan harus mempunyai sistim ventilasi yang baik.

Kalau dipandang dengan tidak tersedianya ventilasi yang baik, tentu bagi kesehatan manusia akan terganggu dalam kehidupan, disamping itu juga dalam ruangan terjadi pencemaran oleh bakteri penderita TBC atau zat kimia lainya. Dengan adanya bakteri di udara yang telah mengandung kuman penyakit yang berterbangan disekitar tgemapt tersebut dan bahkan dibawa ke tempat lain, dengan sendirinya kuman penyakit tadi akan hingap pada manusia lain yang berada ditempat yang sama ataupun di tempat lain yang telah tersedianya kuman penyakit, sekaligus manusia akan mendapat suatu penyakit.

Untuk menjaga agar udara yang berada dalam ruangan tetap sehat bagi kesehatan manusia, tentu di dalam rauangan tersebut harus mempunyai sistem aliran udara yang baik, yang dalam hal ini dapat dibagi secara umum atas dua cara yaitu :

  1. Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara itu sendiri masuk kedalam ruanagan dengan adanya jendela ataupun masuk melalui lubang angin yang telah di buat sedemikian rupa. Kita mengetahui bahwa udara itu sendiri mengalir karena adanaya perbedaan suhu antara dua tempat, disini dapat kita pandang udara yang panas itu lebih ringan dibandingkan dengan udara dingin, dengan demikian udara dalam rauangan yang keadaannya ringan tadi diusahakan agar dapat keluar dengan membuat jendela atau lobang angina, dimana udara diluar lebih riangan akan masuk kedalam ruanagan. Bila hal ini berjalan lancar tentunya manusia sebagai penghuni ruamah akan mendapatkan oksigen yang lebih banyak.

Dalam kehidupan sehari-hari, ventilasi alamiah ini tidak selalu baik, karena jendela atau lobang untuk angin juga merupakan tempat masuknya debu, kotoran, nyamuk ataupun lalat yang kesemuanya merupakan sumber penyakit yang menganggu kesehatan manusia. Karena itulah diharapkan ventilasi yang benar sesuai dengan yang dianjurkan dengan memasang kawat pengaman ( kawat kasa) pada jalan masuknya udara, terutama yang berada di sekitar jalan raya.

  1. Ventilasi buatan, yaitu dengan menggunakan sautu alat khusus untuk mengalir udara. Ventilkasi ini baik sekali dipakai pada bangunan untuk umum seperti : gedung pertemuann, gedung bioskop dan lain-lain. Bagi daerah yang mempunyai pergantian musim, maka sistem air condition yang digunakan memilki dua sistem pengatur, yaitu sistem pendinginan dan sistem pemanas udara.

Adapaun bagan dari suatu sistem air condition dapat dilihat pada bagan berikut :

BAGAN SISTEM AIR CONDITION

PADA MUSIM DINGIN










BAGAN SISTEM AIR CONDITION

PADA MUSIM PANAS

Udara luar

Pendingin udara dengan mekanik

0 komentar: