Drama
00.55 Posted In bahasa indonesia Edit This 0 Comments »Sandiwara ini kita mulai dengan suara detak-detik lonceng yang menggema memenuhi ruang. Swara detak-detik ini berjatuhan sedemikian rupa sehingga menimbulkan berbagai macam asosiasi. Sesekali disela-sela swara ini menyayup panjang lolong seekor anjing atau serigala.
Muncul kabut-kabut melangkah mengendap-endap untuk selanjutnya secara penuh rahasia menyebar kesegenap arah dan segera sirna.
Diatas kursi goyang Jumena Martawangsa bergoyang-goyang sunyi. Sejak tadi seonggok kabut berdiri disampingnya memainkan sehelai tali yang siap untuk menggantung leher. Kemidian kabut itu mendekatkan tali gantungan itu dan jumena memasangnya pada lehernya. Dia tertawa.
Jumena : Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak akan pernah ada.
Sambil tertawa ia memberi isyarat agar kabut pembawa tali pergi. Dan pada saat itu detik-detik lonceng semakin lantang diikuti kemunculan Pemburu. Seketika terkumpulah seluruh amarah Jumena.
Jumena : Bangsat !
Detik lonceng semakin keras menggema sehingga menyebabkan Jumena bangkit. Dan pada saat itu Jumena berdiri, hening menggantikan suasana. Lalu Jumena duduk kembali.
Perempuan tua muncul mengganti tempolong ludah di kaki kursi goyang dengan tempolong lain.
P. Tua : Pucat sekali wajahnya.
Entah dari sebelah mana Euis muncul
Jumena : Saya tidak bisa percaya dan tidak bisa tidak percaya, jadi saya tidak tenang. Tapi kalau saya tenang, tak akan pernah ada sansiwara ini.
Euis : Akang
Jmn : Euis
Euis : Kenapa tiba-tiba muram, Akang?
Jmn : Umur Euis berapa?
Euis : Dua enam
Jmn : Itulah sebabnya
Euis : Percayalah akang euis akan tetap mencintai akang, sekalipun umur akang delapan puluh tiga.
Jmn : Betul?
Euis : Sumpah
Muncul Emod, Euis exit
Emod : Maaf gan, para pekerja meminta kenaikan gaji
Jmn : Saya tidak mau, saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng pun. Berapa kali saya bilang standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua pihak.
Emod : Maaf gan, mungkin gaji yang diterima cukup besar tapi bukan tidak mungkin ada saja yang menganggapnya kurang
Jmn : Itu karena umumnya semua orang boros
Emod : Tapi ini lain gan, maksud saya tidak semua orang mengadakan pesta kawin
Jmn : Dengar! Kalau orang mau hemat dan rajin menabung tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun. Dan lagi tidak masuk akal kalau yang boros kalian dan saya yang harus menanggung keborosan kalian, sinting namanya. Apalagi untuk pesta kawin, lebih sinting lagi. Pemboros semua! Pemalas! Kerbau! Kambing!
Melihat kemarahan Jumena Emod exit
Muncul sang Pemburu diikuti kabut-kabut. Sementara itu Jumena terkapar dilantai. Wajahnya mendongak tegak ke langit-langit.
Jmn : Datang juga kau. Kenapa kau datang?
Pbr : Kenapa kau datang?
Jmn : Kau permainkan saya
Setelah agak lama
Jmn : saya kira saya akan mati dua puluh tahun yang lalu.
Pbr : Kau telah mati sejak kau mengira kau akan mati
Jmn : Dari siapa kau tahu saya akan mati?
Pbr : Kau sendiri yang mengatakannya.
Jmn : Kapan saya mati?
Pbr : Tempo hari kau bilang kapan?
Jmn : Dalam waktu dekat ini.
Pbr : Kau percaya?
Jmn : Ada yang membisikkannya pada saya
Pbr : Siapa?
Jmn : Saya sendiri
Pbr : Betul kalau begitu
Jmn : Bagaimana rasanya mati?
Pbr : Seperti hidup
Jmn : Bagaimana rasanya hidup?
Pbr : Seperti mati
Kemudian segerombolan kabut menyekap Jumena. Tentu saja keadaan itu membuat Jumena sukar bernafas. Megap-megap.
Setelah kabut-kabut exit, Euis muncul membawa makanan, terkejut melihat suaminya sedang batuk-batuk parah terjongkok dekat jendela.
Euis : Akang
Jmn : Tidak apa-apa. Tidak ada apa-apa.
Euis : Sebaiknya akang makan
Jumena duduk dan tampak sesak sekali pernafasannya.
Euis : Euis suapi akang?
Jmn : Pasti ada apa-apa (pada penonton). Saya tidak mau (pada euis)
Euis : Sepi sekali rasanya, padahal baru beberapa hari saja pekerja-pekerja mogok. Pabrik apalagi, sepi.
Jmn : Persetan
Euis : Betapa kaget kalau Juki nanti datang
Jmn : Kenapa tiba-tiba bicara tentang Juki? Pasti ada apa-apa (pada penonton)
Sunyi
Jmn : Hati-hati Euis!
Euis : Hati-hati apa, akang?
Jmn : Juki
Euis : Kenapa?
Jmn : Dia tampan kan?
Euis : Biasa
Jmn : Dia tampan, lebih tampan dari saya. Bahkan lebih muda
Euis : Lalu?
Jmn : Tidak apa-apa, hanya saya bilang hati-hati
Euis : Saya tidak mengerti kenapa akang tidak percaya Juki, yang boleh dibilang saudara akanh sendiri
Jmn : Saya tidak curiga, saya hanya bersikap hati-hati
Euis : Barangkali akang terlalu hati-hati hingga membuat akang tidak bisa tentram
Jmn : Hanya orang bodoh yang bisa tentram
Euis : Akang, 4 tahun sudaah kita berumah tangga dengan…..
Jmn : Itu bukan jaminan, pernah kupergoki kau daan Juki asyik bicara di dapur. Apa perlunya kau suruh dia menemanimu di dapur?
Euis : Saya tidak menyuruh, dia datang sendiri
Jmn : Dan kau ladeni?
Euis : Lalu apa harus saya usir?
Jmn : Itu terserah kau, tapi pemandangan itu tidak enak dimata apalagi dihati
Euis : Akang cemburu? (gembira)
Jmn : Cemburu? Buat apa? Saya betul-betul tahu sekarang saya sudah mulai tua
Euis : Selama 4 tahun Euis mencoba meyakinkan akang, betapa euis mencintai akan, betapa………
Jmn : Diam! Saya tidak mau kalau…….ah sudahlah. Saya lapar tapi tidak ada nafsu makan
Euis : Lebih baik akang tidur
Jmn : Bawa lagi kedapur
Euis : Biar saja disini, siapa tahu nanti akang ingin makan
Jmn : Menantang dia! Bawa ke dapur!
Euis exit membawa makanan
Detak-detik lonceng lantang. Jumena kembali disiksa fikirannya sendiri.
Muncul pemburu dan kabut-kabut. Mereka beberapa saat hanya mematung.
Muncul Lodod, tertawa.
Jmn : Pergi kau!
Lodod tertawa
Jmn : Mau apa kau? Pergi!
Pbr : Jangan hiraukan. Tidurlah!
Jmn : Saya tidak mau tidur. Dia akan membunuh saya!
Pbr : Bodoh kalau sampai ia bisa membunuhmu. Tidurlah! Buat apa kau pusingkan, toh kau akan mati juga sekalipun bukan mereka yang membunhmu
Jmn : Saya ingin tentram
Pbr : Tidurlah!
Jmn : Saya tidak bisa
Lodod : Dia ingin tentram tapi dia tidak mau tentram (tertawa)
Pbr : Diam! (pada lodod)
Semua diam, juga detak-detik lonceng. Perlahan-lahan Pemburu menghilang diikuti Lodod dan kabut-kabut
Muncul Haji Sabar
Sbr : Jum, kau sebenarnya hanya capek, terlalu capek. Rupanya kau tidak pernah istirahat. Sempatkah kau mengecap hidup ini?
Jmn : Tidak, tidak pernah bisa. Banyak kesempatan untuk itu tapi saya tidak pernah bisa
Sbr : Masuk akal, sebab seluruh waktu hanya kau isi dengan kerja dan berfikir
Jmn : Saya kira bukan untuk maksud itru kau kuundang untuk datang kemari
Sbr : Tapi tak ada salahnya kau mendengar nasihat-nasihat saya. Jum, percayalah kau perlu istirahat
Jmn : Bagaimana?
Sbr : Ada baiknya kau melancong ketempat lain
Jmn : (tertawa)
Sbr : Kenapa kau tertawa? Ini sungguh-sungguh
Jmn : Kau tahu apa yang sangat merisaukan saya akhir-akhir ini?
Sbr : Saya kira……
Jmn : Kaau tidak tahu! Terus terang saya takut mati
Sbr : Saya kira setiap orang……..
Jmn : Belum tentu. Selain itu sampai sekarang saya belum juga punya anak. Empat kali saya beristeri
Sbr : Banyak orang yang…….
Jmn : Lalu untuk apa semua yang berpuluh tahun saya kerjakan
Sbr : Apa tidak lebih baik kau memungut anak?
Jmn : Kaau simpan saja saran itu, sudah sering orang menyampaikannya. Dan saya tidak memerlukan itu
Sbr : Baiklah kalau begitu, sebaiknya aku pulang. Dan kau istirahatlah!
Sabar exit diikuti Jumena
Muncul Euis dan Juki
Euis : Anda harus menasehati
Juki : Saya kira memang begitu. Tapi kau juga jangan diam saja
Euis : Sudah terlalu sering, tapi tidak pernah mau dengar
Juki : Dia tidak pernah mau percaya pada orang lain, itu susahnya. Memang saya adiknya tapi saya kira dia lebih mempercayai kau dari pada aku
Euis : Mestinya begitu. Dia tidak pernah percaya ada orang yang mencintainya sementara ia tidak pernah bisa mencintai
Juki : Percaya pada saya, dia diam-diam mencintaimu tapi tidak percaya kau mencintainya. Percayalah euis, dia hanya kesepian, sampai setua ini keinginannya untuk punya anak belum terwujud.
Euis : Tapi sekarang saya sedang mengandung dan saya yakin
Juki : Betul euis? Kalau begitu selesai masalahnya, percayalah!
Euis : Tapi ia tetap tidak mau percaya
Juki : Kau harus sabar
Jumena masuk
Juki : Syukur akang bisa tidur
Euis : Tidak lebih baik makan dulu kang?
Juki : Ya saya sudah mendahului
Euis exit. Muncul di pintu perempuan tua
P.t : Emod minta ketemu gan, beliau ada di serambi
Jmn : (gugup) beri saya rokok Juki!
Juki : Saya kira tidak baik untuk….
Jmn : Cuma dua hisap
P.t : Boleh Emod saya persilahkan kemari gan?
Jmn : Bilang saya sedang sibuk merencanakan penutupan pabrik!
Perempuan tua exit
Jmn : Juki
Juki melihat pada Jumena
Jmn : Untuk apa kau hidup?
Juki : (tersenyum) Saya tidak pernah pikirkan itu. Buat apa?
Terdengar ketukan pada pintu.
Jmn : Masuk!
Juki : Masuk!
Tidak ada sahutan, tidak ada yang muncul. Lalu lagi ketukan
Jmn & Juki : Masuk!
Juga tak ada sahutan. Tak ada yang muncul. Jumena ketakutan. Segera Juki keluar dan kembali masuk
Jmn : Siapa?
Juki : Tidak ada siapa-siapa.
Jmn : (bangkit gemetar) baranglkali kau lihat seorang yang……..tidak, apa kau tidak lihat seseorang yang…
Juki : Saya yakin tidak ada siapa-siapa, mungkin…..
Lagi ketukan pada pintu. Dengan ketakutannya Jumena kembali duduk.
P.t : Siapa sih? (dari dalam)
Muncul perempuan tua membawa pisau dapur)
P.t : Siapa?
Juki : Tidak ada siapa-siapa
P.t : Aneh (sambil menuju ke serambi)
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa lalu muncul kamil
Kamil : Saya yang ngetok dari belakang. Eksperimen.
Jumena menggerem kesal, Juki tersenyum, P. tua ngedumel
Kamil : Biasa, orang kaya suka sembarangan.
P.t : Maen-maen!
Perempuan tua exit
Kamil : Ada kabar penting untuk Agan Jumena Martawangsa
Sementara Juki bergerak kesuatu sudut sambil tersenyum dan kemudiam menyalakan rokok, Kamil dengan langkah hati-hati mendekati Jumena
Kamil : (dengan gaya berbisik tapi cukup keras) Istrimu serong!
Jmn : Hah! Kurang ajar!
Kamil : Orang kaya selalu kurang ajar!
Juki tidak lagi tersenyum sudah tentu
Kamil : Apa agan tidak percaya?
Lalu Kamil mendekati pintu kamar dan teriak
Kamil : Euis, euis! Keluar, euis! Suamimi tidak percaya bahwa kau seorang isteri yang suka serong!
Muncul Euis berang dan Juki makin tidak enak hati berada di sana. Jumena belum tahu harus melakukan apa. Nafasnya naik turun pendek-pendek.
Euis : Kurang ajar! Jangan bicara sembarangan ya! Sinting!
Kamil : Bicara sembarangan? Serong! Dikutuk nabi Khidir baru tahu rasa kamu!
Euis : Setan! Tutup mulut kamu!
Kamil : Saya menutup mulut? Kalau saya menutup mulut maka kejujuran telah tamat riwayatmya. Atau kau mau menyuap Tuhan? Kau lupa Tuhan tidak bisa disuap?
Euis : Jangan diam saja, Akang! Lakukan sesuatu, Juki!
Lalu perempuan itu mengambil asbak.
Juki : Kamil, keluar!
Euis : Kalau tidak segera pergi saya pukul kepalamu yang tidak waras itu!
Kamil : Hampir saja kau keliru Euis. Yang musti kau pukul bukan kepala yang brilyan ini tapi kepala yang itu (menunjuk Juki)
Euis : Biadab!
Kamil : Biadab? Apa itu nama orang kaya?
Jmn : (bangkit, berang besar) Kamiiiiil! Pergi kamu! Aku potong leher kamu!
Kamil : Filsuf tidak memerlukan kepala!
Euis tak tahan lagi. Dilemparnya kamil dengan asbak, kamil lari keluar.
Jmn : Persis dugaan saya. Tapi kenapa bengsat itu melapor justru saat kedua ekor binatang ini ada di sini.
Muncul Euis yang marah. Lalu sambil menangis ia masuk ke kamar.
Juki : Saya keluar sebentar, Akang
Juki meninggalkan Jumena sendirian, Jumena memukul-mukul kepalanya sendiri.
Muncul perempuan tua mengganti tempolong ludah.
Jmn : Tapi kalau memang mereka sungguh-sungguh, kenapa Juki dan Euis tidak minggat saja dari rumah ini?
Perempuan tua muncul kembali membawa alat kompres.
P.t : Kalau saja agan mau berdoa. Saya tidak percaya ada orang yang tidak bahagia, apalagi oarang yang seperti agan.
Jmn : Saya sangat sepi saya tidak punya anak
P.t : Kenapa agan tidak percaya euis sedang mengandung?
Jmn : Sudah 47 x ia bilang begitu dan ini yang ke-48
P.t : Tapi bukan tidak mungkin kali ini benar
0 komentar:
Posting Komentar